Oleh: H. Taufik Hasyim, M.Pd.I
*Kisah ini dari adik kandung Gus Dur, yaitu Hasyim Wahid atau yang lebih di kenal dengan Gus Iim. Seperti diketahui bersama, bahwa pada akhir tahun 80-an hingga awal 90-an, Gus Dur banyak mendapat ujian berupa ancaman baik keluarga maupun pribadi hingga tak jarang nyawa menjadi taruhannya.Setelah menghadiri kunjungan ke Jawa Barat, Gus Dur bersama Gus Iim melewati jalur antara kota Bandung-Jakarta melewati Purwakarta untuk pulang ke Jakarta, mobil yang di tumpangi Gus Dur berjalan santai karena cuaca agak mendung. Namun tiba-tiba muncul tiga truk besar bermuatan kertas dengan kecepatan tinggi menyalip mobil yang di tumpangi Gus Dur. Ketiga mobil truk itu berjalan beriringan berjarak sekitar 50 meter.Melihat hal itu, Gus Iim bilang sama Gus Dur, “pernahkan sampean melihat tiga truk besar bermuatan seperti ini beriringan?” Gus Dur pun menjawab, “iya agak aneh”.Melihat kakaknya juga berpikiran sama, maka Gus Iim berhenti di sebuah rumah makan yang memiliki area parkir cukup luas. Ahirnya mereka makan, berbincang-bincang sambil istirahat. Tak lama berbincang-bincang, terdengar kabar bahwa ada kecelakaan bruntun antara truk besar bermuatan kertas dengan kendaraan lainnya karena kertas yang di truk itu berjatuhan.Setelah keadaan aman, Gus Dur dan Gus Iim berangkat ke Jakarta dengan berganti mobil, sedang mobil Gus Dur dititipkan di rumah makan itu.Lain halnya cerita ketika Gus Dur menjabat ketua PBNU di tahun 90-an. Di kabupaten Gresik Jawa Timur, PCNU Gresik mengadakan pengajian akbar dengan menghadirkan Gus Dur sebagai penceramah tunggal. Menjelang malam puncak acara, ribuan masyarakat mendatangi lokasi acara untuk mendengarkan ceramah Gus Dur. Namun tak di sangka, setelah sholat maghrib, tiba-tiba datang petugas utusan bupati yang membawa surat berisi bahwa pengajian itu dicekal alias izinnya di cabut dan pengajian harus di gagalkan jika Gus Dur yang ceramah, padahal Gus Dur saat itu sudah ada di lokasi.Namun dengan sabarnya Gus Dur mematuhi aturan bupati itu untuk tidak naik panggung, padahal masyarakat sudah meminta Gus Dur untuk naik pangung apapun resikonya, namun Gus Dur tetap tidak mau dan pulang meninggalkan lokasi acara sedang penceramah diganti oleh kyai lainnya dari Gresik.Dari berbagai sumber
*Khadimul Ma’had Bustanul Ulum, Sumber Anom, Angsanah, Palengaan, Pamekasan, Madura.