Media tentu akan memilih kutipan yang memenuhi kriteria layak berita. Sesuatu yang biasa-biasa saja tak akan dimuat di ruang edit. “Gitu aja kok repot” adalah favorit media ketika mengutip almarhum Gus Dur pada saat menjadi presiden selama 21 bulan pada 1999 hingga 2001.
Meskipun banyak kalimat lain yang lebih bernas. Pilihan istilah itu memenuhi unsur “kontroversial” dalam kriteria layak berita. Buktinya, ungkapan tersebut awet sampai kini, dan seperti sudah melekat pada sosok Gus Dur . Semua orang pasti tahu siapa pemilik ungkapan tersebut.
Menurut Bambang Susanto, orang kepercayaan Gus Dur menjelang akhir-akhir sebelum wafat, pernah suatu ketika Gus Dur diwawancarai reporter salah satu televisi swasta nasional. Dalam sebuah sesi tanya jawab, Gus Dur diminta mengulang ungkapan ‘gitu aja kok repot’, tapi ditolak.
Lalu sebenarnya sejak kapan Gus Dur menggunakan istilah itu? Sampai kini memang tidak ada catatan resmi dan pasti. Sebagai sebuah ungkapan, dulu mungkin istilah itu dianggap biasa.
Seperti dikatakan salah satu ajudan Gus Dur , Munib Huda Muhammad. Munib nyantri di Ciganjur sejak awal 1998. Sebagai santri, dia terus mendampingi Gus Dur hingga meninggal pada akhir 2010. Dia pula yang menjadi orang kepercayaan Gus Dur saat menjabat sebagai presiden selama 21 bulan.
Menurut Munib, ungkapan “gitu aja kok repot” sebenarnya sudah sering dilontarkan Gus Dur jauh sebelum menjabat presiden. Sepengetahuannya, Gus Dur kerap memakai istilah itu dalam pidato-pidatonya, ketika bertemu seseorang, atau dalam forum-forum diskusi.
“Sejak awal 1998 sudah ada (ungkapan itu). Dalam pidato-pidato sering, pas ketemu orang juga. Terus kan berkembang, dan ramai ketika dikutip media massa yang perhatian pada istilah itu. Tidak disetting, itu keluar spontan dari beliau,” ujarnya.
Lalu apa arti ungkapan “gitu aja kok repot”? Munib menjelaskan, ungkapan itu merupakan bentuk kepasrahan tingkat tinggi kepada Allah SWT. “Artinya, emang semua ini yang ngatur kita apa? yang ngatur kan Alloh. Jadi ini ungkapan tasawuf yang diyakini betul, makanya enak betul Gus Dur hidupnya, melihat semuanya serba ringan.”
Sementara itu, putri Gus Dur , Zanuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid , menyebut ungkapan itu berasal dari ilmu fikih, yakni dari kosakata arab “Yasir Wa La Tuasir” yang artinya permudah dan jangan dipersulit.
Oleh karena itu, sambung Yenny, ayahnya tidak pernah mempersulit segala urusan. Semua orang yang mengalami kesulitan dan datang ke Gus Dur akan selalu dibantu. Gus Dur tidak pernah memandang latar belakang, suku, ras, agama, dan golongan.
Sumber :merdeka