
Gus Mus: (tanpa pikir panjang langsung menjawab) Ooo…Yooh, menko tak mrono….! (Ooo….ya, nanti saya datang!)
Lantas Gus Mus memanggil santri santrinya agar segera mendatangi rumah duka dan mendekati jenazah.
Gus Mus: Ayo segera kita sholat!
Santri: Shalat apa, Kiai? Bukankah menyalati orang non muslim itu haram kiai?
Gus Mus: Shalat Ngasar to yooo! (Shalat Ashar to ya)
Santri: He he… lha itu mayitnya bagaimana?
Gus Mus: Hallah, junjung pindahno ning mburi kono kan berresss! (Hallah, angkat pindahkan ke belakang sana kan juga bisa)
Santri: Ooo njih kiai!
Selesai Sholat, tuan rumah komplain ke Gus Mus.
Cina: Pak Kiai, biasanya orang menshalati jenazah itu jenazahnya ditaruh di depan. Lha ini kok ditaruh dibelakang?
Gus Mus: Yang ditaruh di depan itu yang sudah ngerti jalan! Lha karena ayahmu belum apal jalan, maka ditaruh belakang!
Cina: He he…Oo gitu tooo..nggeh nggeh kiai. Maturnuwun.
Kisah Gus Mus menyalati mayit Cina non muslim ini diceritakan oleh KH Shorofuddin, santrinya Gus Mus. Jadi, teladan ini adalah cara ala kiai menjaga perasaan tetangga. Walau non muslim, mereka tetap manusia yang harus dihormati.